Wednesday, September 20, 2006

Tanaman Obat Beracunkah?


Assalamualaikum,
Saya ingin tahu apakah ada tanaman obat yang selain berfungsi sebagai obat juga beracun, misalnya daunnya dapat digunakan sebagai obat tetapi batangnya beracun? Jazakallah khair atas jawabannya.


Wassalamualaikum

Puspita
pkl06 at eramuslim.com

Jawaban

Waalaikumsalam Wr. Wb.

Pada awalnya, istilah tanaman obat dikaitkan dengan tumbuhan yang tidak berkayu, tapi kini perkataan tanaman obat telah merujuk kepada suatu tumbuh-tumbuhan yang mengandung satu atau lebih bahan aktif yang dapat digunakan untuk tujuan terapi.

Dengan demikian, tanaman obat dapat berupa tanaman pangan, tanaman hias, tanaman perkebunan dan tanaman holtikultura. Serta, tumbuh-tumbuhan liar seperti semak, belukar dan tumbuhan hutan. Namun, sebagian besar merupakan tumbuhan liar di hutan baik hutan primer, hutan skunder maupun belukar dan semak yang digunakan sebagai tanaman obat.

Tanaman obat telah digunakan sejak manusia itu ada. Terus berkembang dari generasi ke generasi hingga sekarang ini. Zaman dulu, penggunaan obat sebatas berdasarkan pengalaman, misalnya daun-daun kuning bisa menyembuhkan penyakit kuning (hati); bayam merah bisa meningkatkan sel-sel darah merah. Di samping itu, di saat yang sama mereka juga sudah memilah-milah mana tanaman obat yang baik untuk kesehatan maupun tidak.

Pengalaman empirik itu hingga saat ini masih terus diterapkan oleh para pendaki gunung dan angkatan bersenjata, mereka harus mengenal dengan baik tumbuhan-tumbuhan yang bisa menjaga stamina dan daya tahan tubuh ketika berada di dalam hutan.

Apakah tanaman obat beracun? Yang namanya tanaman obat tentunya tidak beracun. Jika beracun tentu tidak dikategorikan sebagai tanaman obat. Dalam suatu tumbuhan, bisa jadi yang berkhasiat hanya daun, buah, atau akarnya saja. Atau ketiga-ketiganya sekaligus.

Memang ada tumbuhan yang bisa dimakan saat sedang segar, seperti brotowali, sambiloto, alpukat atau pepaya tanpa harus mengeringkan atau merebusnya dahulu asal kuat menahan rasa pahit dan pedasnya. Pepaya misalnya, dari daun, buah matang dan mengkal, biji hingga akarnya semuanya bermanfaat, dan bisa dimakan langsung. Berbeda dengan pepaya, mahkota dewa, daunnya bisa dimakan lansung, tapi buahnya bila dimakan dalam keadaan segar akan mengakibatkan mulut menjadi bengkak, mabuk dan keracunan.

Tapi, setelah dipotong tipis-tipis dan dikeringkan, baru keluar khasiat dari buat tersebut. Hingga kini, biji mahkota dewa, dilarang dikonsumsi dengan alasan beracun, bila mengunyahnya bisa muntah-muntah dan membuah lidah mati rasa. Sebenarnya, tubuh manusia pun memerlukan racun untuk melawan racun-racun yang ada di tubuh. Penelitian tentang biji buah yang menjadi obat keluarga kesultanan Surakarta itu masih terus dilakukan.

Setiap produk herba yang hendak dipasarkan terlebih dahulu dipastikan aman digunakan oleh orang-orang yang sakit dan tidak boleh ada efek samping sedikitpun, apalagi bila digunakan dalam jangka waktu lama. Apa yang dilakukan Herba Penawar Al-Wahidah (HPA) sebelum dipasarkan dilakukan beberapa tahap pengujian seperti:

1. Uji Mikroba: Uji ambang batas mikroba tanaman obat yang bersangkutan tidak boleh lebih dari 10 CFU (Coloni Forming Unit/Total Microbia Count/GM). Empat jenis patogen yang tidak diperbolehkan terdapat dalam tanaman obat adalah: E-coli, Salmonella, Staphylococos aureus dan Pseudomonas aeruginosa.

2. Uji logam berat. Produk yang dikeluarkan juga harus terbebas dari logam berat. Kandungan logam yang dibenarkan dalam tanaman obat adalah: Arsenik <5ppm;>

3. Uji kelarutan. Untuk memastikan bahwa produk tersebut larut dalam sistem pencernaan manusia. Produk yang dikemas dalam kapsul harus sudah larut kurang dari 30 menit.

4. Uji bahan steroid (Kimia Sintetis). Produk herba yang bersanngkutan tidak boleh mengandung bahan steroid.

Kadang kala, racun justru bukan berasal dari tanaman obat itu, melainkan dari bahan-bahan kimia sintetis yang sengaja dicampur oleh produsen agar proses penyembuhan lebih cepat. Dari satu sisi, herba yang dicampur bahan kimia memang bisa menyembuhkan dengan cepat, tapi itu hanya gejalanya saja. Sedangkan, penyebab penyakitnya masih bersarang di dalam tubuh, bahkan kemungkinan penyakitnya bisa bertambah lagi, dengan masuknya kimia sintetis ke dalam tubuh.

No comments: